Bisnis telah lama dijangkiti berbagai mitos, antara lain bisnis immoral, bisnis amoral, bisnis sebagai maksimalisasi keuntungan, dan bisnis sebagai permainan -- yang mau memisahkan bisnis dan etika. Padahal adanya bisnis tak bisa tidak, sudah mengasumsikan adanya etika, Setelah banyak sekandal pelanggaran moral, masyarakat baru bangun dan menyadari pentingnya etika dalam dunia bisnis. Akhirnya, muncul bidang studi khusus etika bisnis yang berupaya menggabungkan etika dengan bisnis. Akan tetapi tampaknya upaya itu menemui kesulitan karena pelaku bisnis lebih mempersepsi etika itu sebagai eksternalitas yang sulit (atau enggan) diintegrasikan dengan tuntutan bisnis riil.

Dalam buku ini diajukan argumen bahwa upaya paling tepat mengatasi persoalan di atas adalah meredifinisi bisnis sehingga bisnis merupakan tindakan yang bisa dilakukan dengan baik, dan persoalan etika diselesaikan justru dari dalam bisnis sendiri. Untuk itu diperlukan studi tentang kelayakan tindakan, studi demikian diperoleh dari etika Aristoteles. Penyelidikan lebih lanjut menunjukan bahwa anatomi dunia bisnis dangan empat masalah etikanya, yakni masalah etika bisnis mikro, kultur perusahaan, kode etik profesi, dan etika bisnis makro ternyata bisa disejajari, dicakup dan diatasi etika Aristoteles dengan keutamaan dunia bisnis dan keutamaan masyarakat. Kemampuan dukung untuk konstruksi etika bisnis seperti itu ternyata tak dimiliki teori etika normatif lain. Di sinilah tampak relevansi etika keutamaan Aristoteles bagi dunia bisnis.