No image available for this title

Menciptakan prakondisi untuk optimalisasi investas



Perekonomian Indonesia memasuki tahun 2002 diselimuti bayang-bayang pesimisme. Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) diperkirakan mengalami penurunan, ekspor terbentur hambatan serta penurunan permintaan dari mancanegara, investasi asing terhadang kendala keamanan di dalam negeri, serta merosotnya kredibilitas pemerintah yang berdampak pada meningkatnya arus modal keluar (capital flight). Dalam RAPBN 2002 (revisi) ditetapkan asumsi harga minyak US$22 per barrel, inflasi 9 persen, pertumbuhan ekonomi 4 persen, suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) 14 persen, dan nilai tukar Rp 9.000/US$. Terlepas dari misi pemerintah untuk menjadi benchmark bagi pasar, proyeksi tersebut dinilai terlalu pesimistik. Perusahaan konsultan Econit, memperkirakan pertumbuhan 2002 antara 3,5 sampai 4 persen; inflasi 9 sampai 11 persen; suku bunga SBI 14 persen; suku bunga SBI 14 persen; kurs Rp 9.000 hingga Rp 11.000 per US$; dan harga minyak US$ 22 perbarel. Sedangkan Indef memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 hanya 2,86 persen; inflasi 11,02 persen; suku bunga SBI 17 persen; kurs Rp 10.922/US$ dan harga minyak US$ per barrel.


Ketersediaan

Tidak ada salinan data


Informasi Detil

Judul Seri
-
No. Panggil
-
Penerbit : .,
Deskripsi Fisik
p. 1C-4C
Bahasa
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
-
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subyek
-
Info Detil Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnyaXML DetailCite this