Pendapatan per kapita yang tinggi, kelas menengah yang dominan, dan meningkatnya daya beli masyarakat menjadi faktor utama pemicu lonjakan permintaan ruang ritel di kota-kota besar, khususnya Jabodetabek. Sampai dengan saat ini, tercatat lebih dari 170 mal telah mendesaki berbagai sudut kota Jakarta. Hal ini menimbulkan persaingan ketat antar mal dalam mendatangkan pengunjung.
Bintaro Jaya Xchange Mall (BXc Mall) merupakan salah satu mal baru dengan kategori family mall, yang hadir ditengah ketatnya persaingan bisnis ritel. Dalam praktiknya, BXc Mall yang dibangun dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan mewadahi aktivitas warga Bintaro, belum berhasil menarik kunjungan dari target pengunjungnya tersebut secara maksimal. Berdasarkan pengolahan hasil survei, ditemukan bahwa persentase pengunjung BXc Mall yang berasal dari luar wilayah Bintaro Jaya lebih besar dibandingkan dengan pengunjung yang berasal dari wilayah Bintaro Jaya. Adapun faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah komposisi tenant BXc Mall yang dirasa kurang lengkap dan kurang dapat memenuhi harapan dari warga Bintaro, sehingga mereka lebih memilih untuk mengunjungi mal lain.
BXc Mall memiliki keterbatasan atau kendala dalam menyesuaikan komposisi tenant yang ada dengan keinginan atau harapan dari target pengunjungnya. Untuk itu, perumusan strategi integrated marketing communication (IMC) yang tepat dan efektif sangat diperlukan dalam upaya menonjolkan supplementary product yang dimiliki BXc Mall. Tujuannya adalah untuk menarik kunjungan dari warga Bintaro, meningktakan traffic pengunjung, dan mendorong aksi pembelian dari pengunjung. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, strategi IMC yang dibutuhkan BXc Mall terdiri dari kegiatan advertising, social media, sales promotion, dan event atau sponsorship marketing. Komponen strategi tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dari warga Bintaro sebagai target pengunjung yang ingin dicapai secara maksimal.