Sebagai anak
perusahaan yang memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan bisnis perusahaan
induk, Pertamina Retail (PTPR) dituntut untuk mampu memanfaatkan peluang besar
untuk mengembangkan bisnis di bidang non minyak, khususnya bisnis ritel.

 

Melalui
bisnis convenience store, café, penjualan
pelumas, dan pencucian mobil, bisnis ritel Pertamina yang diberi nama “Bright” ini diharapkan mampu menjadi harapan baru bagi pengembangan usaha
Pertamina Retail ke depan. Wujud komitmen pada bisnis dituangkan pada rencana
strategi jangka panjang perusahaan yang akan mengoperasikan Bright C Store, sebagai unit unggulan
bisnis Bright, di lebih 2000 lokasi
pada 2020 mendatang.

 

Target capaian
yang cukup besar ini juga hadir dengan banyak hal yang menantang. Apalagi, nama
Bright C Store belum banyak dikenal
masyarakat luas. Bahkan, tingkat conversion
rate atau subsitusi pelanggan SPBU yang juga menjadi pelanggan Bright C Store baru kisaran 3%-4% saja,
jauh lebih rendah dari rata-rata conversion
rate SPBU di luar negeri yang berada di atas angka 25%.

 

Tantangan
besar bisnis Bright ini bisa diibaratkan dengan istilah “Tantangan 12 langkah”.
Dalam pertandingan bola, tendangan 12 langkah adalah sebuah strategi yang
menegangkan untuk meraih kemenangan di kotak pinalti. Begitu pula dengan
strategi Bright C Store, 12 langkah yang menentukan tersebut ialah jarak antara
posisi pompa pengisian SPBU dengan pintu masuk Bright C Store yang berada di
lingkungan SPBU yang sama.

 

Oleh
karena itu, kasus ini menantang pembaca untuk mencari solusi agar Pertamina
Retail mampu mengatasi “Tantangan 12 Langkah” tersebut. Manajemen yakin dan
percaya, salah satu tantangan besar Bright C Store saat ini ialah mengenai brand awareness-nya yang masih rendah.
Diharapkan, melalui program marketing, conversion
rate Bright C Store bisa meningkat dari 4% hingga menjadi 15%.